Teman Blog Terbaik

Kamis, 12 September 2013

Senjata makan tuan





      Sore itu Toyyib mendapat tugas dari pamannya untuk merapikan perpustakaan pamannya yang berada di dalam rumah pamannya itu. Esok harinya ia mulai melaksanakan tugas tersebut. Saat itu pamannya sedang tidak berada di rumah karena keluar kota untuk memberikan beberapa materi pelajaran di beberapa perguruan tinggi. Tapi sebelumnya pamannya berpesan agar menanyakan kartu anggota perpustakaan, mencatat data, dan meminjamkan buku di perpustakaan kalau ada orang datang untuk meminjam buku . Ketika tengah sibuk menyusun buku yang ada di perpustakaan tiba-tiba ada seseorang datang ingin meminjam buku dari perpustakaan itu, tapi ia malas mengurus prosedur pinjam-meminjam tersebut. Akhirnya ia mendapatkan alasan bahwa buku yang ada di perpustakaan ini boleh dibaca di dalam perpustakaan tapi tidak boleh dibawa keluar, hingga terjadilah sedikit perdebatan karena orang yang ingin meminjam buku itu adalah tetangga dekat pamannya sendiri yang sering meminjam buku di perpustakaan itu, hanya saja Toyib tidak mengetahuinya. Karena Toyyib tetap ngotot tidak mau mengalah akhirnya orang itu pulang dengan penuh kesal.

TANJUNG BALAI ASAHAN



Cerita ini merupakan sejarah yang hilang. Seorang tetua daerah (baca : adat) mencoba untuk menggali kembali sejarah itu dari buku dan manuskrip-manuskrip kuno. Namun sayang, tak banyak data yang diperoleh. Tapi, untuk sementara, data demi data yang terkumpul insya Allah dapat membentuk sebuah kesimpulan. Disini, secara singkat, saya ingin menceritakan kembali sejarah yang hilang itu dengan pendekatan sastra. Semoga bermanfaat.

Syibam

SYIBAM

 
Syibam merupakan sebuah kota yang terletak di bagian barat negara Yaman, berbatasan dengan laut merah. Selain terkenal dengan bangunan khas klasiknya yang begitu megah, kota yang disebut-sebut sebagai kota pencakar langit tertua di dunia ini juga terkenal akan ulama-ulama serta keilmuannya hingga sekarang.
Pakar sejarah menyatakan bahwa awal berdirinya kota Syibam antara abad ke-4 sebelum Masehi dan ke-2 sesudahnya. Penamaan Syibam sendiri diambil dari nama putra salah seorang penguasa dari dinasti Qahthan[1] yang berjuluk Hadramaut. Nama ini kemudian dijadikan nama bagi kota yang terletak di tengah lembah Hadramaut ini, seperti halnya penamaan kota Seyyun, Tarim dan Taris yang juga diambil dari nama-nama saudara dari pangeran Syibam.
Sebagaimana peribahasa mengatakan, "Banyaknya penyebutan akan suatu nama menandakan kemuliaan sesuatu itu"; maka salah satunya adalah kota Syibam yang selain dikenal dengan nama Syibam itu sendiri, kota ulama ini juga dikenal dengan nama "Zarafah" yang merupakan nama salah satu hewan, dikarenakan ketinggiannya. Orang barat menamakan kota ini dengan sebutan "Manhatan of the Desert", Manhatan sendiri merupakan nama dari salah satu kota di Amerika yang terkenal dengan ketinggian bangunan-bangunannya. Selain itu, ada juga yang menamai kota ini dengan sebutan "al-Aliyah", "as-Shafra'", "Ummul Jihat", "Baiham", "ad-Dhimah" dan sebagainya.
Di negeri Yaman sendiri setidaknya ada empat tempat yang bernamakan “Syibam”, yaitu:
1.    "Syibam Kaukaban", yang bertempat di sebelah barat kota Sana'a yang mana jarak antara keduanya kurang lebih perjalanan dua hari.[2]
2.    "Syibam Sukhaim", yang terletak sebelah timur kota San'a dan jarak antara keduanya kurang slebih tiga farsakh.[3]
3.    "Syibam Haraz", yang letaknya di sebelah barat dari kota Sana'a dan jarak antara keduanya perjalanan dua hari.
4.    "Syibam Hadramaut", dan kota ini lah yang kita maksud dalam pembahasan ini.[4]
Kota Pencakar Langit Tertua Di Dunia.
Menurut sebagian penulis sejarah dan hadits, Syibam merupakan kota bersejarah terbesar dan tertua di Hadramaut. Bahkan sebagian pakar sejarah menilai bahwa Kota Syibam adalah kota pencakar langit tertua di dunia mengingat kemegahan bangunan-bangunan bercorak klasik yang berumur lebih dari 8 abad yang dimiliki kota yang pernah dijadikan ibu kota provinsi Hadramaut ini.
Kota arab terkenal yang dibangun menurut gaya tradisional ini setidaknya memiliki lebih dari 500 bangunan rumah berpenghuni yang menjulang tinggi dengan lima hingga delapan lantai pada hampir setiap bangunannya. Tak hanya menakjubkan karena bangunan pencakar langitnya yang bermaterikan tanah liat, letak bangunan yang tersusun rapi dan rapat antara satu sama lain menjadikan kota jerapah ini seolah memamerkan keelokan serta kecantikan khas wajahnya pada setiap mata yang menyaksikan.Wajah elok yang kita saksikan sekarang tentunya bukanlah sebuah kecantikan yang otomatis ada sejak awal didirikannya kota Syibam, melainkan melalui beberapa proses pembangunan yang bertempo relatif panjang.
Pada awal berdirinya, Syibam hanyalah sebuah hamparan lembah yang meluas hingga sebuah gunung yang bernama khobah. Bangunan megah yang kita lihat sekarang pun berdiri secara bertahap, dengan diawali oleh bangunan perumahan yang hanya terdiri dari dua hingga tiga lantai saja, yang kemudian melalui proses penambahan dan peruntuhan bangunan. Selanjutnya, pada tahun 618 H, di bawah pemerintahan Ibnu Mahdi dari dinasti Abbasiah diadakan pembangunan ulang perumahan Kota Syibam dalam tampilan wajah yang kita lihat sekarang. Dan hingga sekarang, bangunan-bangunan ini sendiri telah mengalami renovasi sebanyak 9 kali.

Eksistensi Keilmuan Kota Syibam.
Tak hanya corak seni bangunan klasik pencakar langitnya yang menjadikan Kota Syibam istimewa di mata dunia, eksistensinya dalam dunia ilmu pengetahuan juga menjadikan Kota Jerapah ini megah dalam segala aspek. Jika menengok kembali sejarah tumbuh dan berkembangnya keilmuan di Kota Syibam beberapa abad silam, kita dapat saksikan bagaimana kota Syibam tak kalah elit ketika disandigkan dengan Tarim, Taris, Seyyun dan beberapa kota yang berada di provinsi Hadramaut yang menjadi sumber dan tempat pertukaran ilmu pengetahuan dan peradaban islam.
Cahaya ilmu pengetahuan pun tampak semakin terang menyinari Kota Manhatannya Yaman ini dari masa ke masa. Hal itu tampak dari dibangunnya banyak madrasah serta diadakannya halaqoh-halaqoh ilmiah yang mengkaji beragam cabang keilmuan sebagai sarana pendidikan. Sejarah mencatat bahwa madrasah tertua yang pernah didirikan di kota Syibam adalah madrasah dan masjid yang bertempat di perkampungan sebelah barat Kota Syibam, yang lahannya didermakan oleh salah seorang penguasa Syibam pada permulaan abad 13 H. Perkampungan ini kemudian menjadi pusat ilmu pengetahuan serta kebudayaan Hadramaut yang pada saat itu dipimpin oleh al-Habib Ahmad bin Umar bin Smith (w 1257 H). Proses belajar-mengajar di madrasah ini terus berlanjut hingga separuh abad 14 H yang setelah itu dihentikan untuk direnovasi kembali.
Di sebelah timur kota Syibam, terdapat sebuah madrasah yang didirikan oleh para sesepuh keluarga al-Attau. Madrasah ini sendiri memiliki sistem perkantoran yang mana Qhodi as-Syekh Mahfudz al-Mushalli adalah pemimpin pertama perkantoran ini. Wafatnya Syekh Abu Bakar al-Attawwi yang merupakan pemuka keluarga al-Attawi menyebabkan bekunya bantuan finansial madrasah yang berdampak pada terhentinya pembelajaran di madrasah tersebut, hingga beberapa waktu kemudian diteruskan kembali oleh Ahmad Jubran bin Awad Jubran yang berinisiatif menarik sebagian pengajar dari Tarim, diantaranya: Syekh Abdul Qowi ad-Dawileh Bafadol. Madrasah ini pun kemudian kembali terhenti oleh gerakan komunis yang mengambil tanahnya secara lalim yang kemudian dijadikan perumahan bagi para penduduk.
Di masa pemerintahan Saleh al-Quaiti, pada tahun 1372 H dibuka sebuah madrasah umum yang diketuai oleh Sayyid Abdullah bin Mustafa bin Smith. Madrasah tersebut kemudian bergabung dengan beberapa madrasah umum lainnya, yang kemudian hari diganti namanya menjadi Madrasah Pejuang Ghossan yang saat ini dinamakan Madrasah al-Rasyid.
Pembangunan dan renovasi madrasah dan bangunan-bangunan pendidikan pun terus ditingkatkan seiring terus berjalannya waktu. Halaqoh-halaqoh ilmiah yang diadakan pun semakin ramai diminati baik oleh warga sekitar maupun pendatang, sebagaimana halaqoh ilmiah yang diadakan di Masjid Jami’ Syibam dan Masjid Madrasah yang saat ini di tutup karena dikhawatirkan roboh. Hal ini pun terus berjalan beriringan dengan pasang surutnya minat dan kreativitas masyarakat yang menjadi faktor utama maju mundurnya nilai-nilai keilmuan kota tersebut.

Cendikiawan Kota Syibam.
Wajah bangunan perumahan yang ada di kota Syibam seolah telah mencerminkan bahwa sejak beabad-abad silam Syibam merupakan kota yang kaya akan cendikiawan-cendikiawan yang mumpuni dalam bermacam bidang.
Tercatat bahwa ada sekian banyak ulama yang pernah mengisi kota Syibam, baik mereka yang merupakan penduduk asli kota ini maupun pendatang. Di antara ulama-ulama fiqh kota Syibam sebagai berikut:
1.   Syekh Muhammad bin Abu Bakar Abbad (w 801). Beliau termasuk dari salah satu guru Syekh Sayyid Abdurrahman as-Seqqaf. Beliau selalu pulang pergi dari kota Tarim ke Syibam demi belajar dari sang gurunya tersebut. Diceritakan oleh Muhammad bin Abi Salamah Bakatsir: "Suatu kali aku pergi bersama sebagian dari keluarga Bawazir ke kota Syibam, ketika kami bersama seorang yang arif lagi terkenal Syekh Muhammad bin Abu Bakar Abbad, yang pada saat itu di penghujung umurnya, lalu datanglah Syekh Abdurrahman as-Seqqaf, lalu Syekh Muhammad Abbad memberikan penghormatan Sayyid Abdurrahman as-Seqqaf. Dan mulailah keduanya berdiskusi dari waktu Dhuha hingga hari mulai kekuning-kuningan. Keduanya tidak beranjak dari tempat duduknya kecuali oleh sesuatu yang sangat mendesak, sang Syekh tersebut adalah guru dari Sayyid as-Seqqaf namun beliau menghormatinya.[5]
2.   Syekh Ma'ruf  Bajammal, wafat di kota Buddhoh yang pada saat itu dipimpin oleh Syekh al-Jalil Utsman bin Ahmad al-Amudhi pada tahun 969 H. Beliau adalah guru Syekh Abu Bakar bin Salim yang dikatakan oleh sebagian ahli ma’rifat bahwa kewalian Syekh Ma'ruf Bajammal turun saat wafatnya kepada Syekh Abu Bakar bin Salim. Diantara murid beliau yang lain, Sayyid Ahmad bin Husain bin Abdullah al-Aidrus (w 968 H), beliau termasuk pembesar para Auliya'. Dijelaskan oleh Sayyid Ahmad bahwa salah satu medan dakwah beliau di kota Syibam adalah Masjid "Khouqoh".
3.   Syekh Ahmad bin Abdullah Basyarahil. Beliau salah satu dari guru Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi yang berkediaman di Hautha. Dikatakan pula bahwa Syekh Ahmad ini dari pada orang yang mengambil riwayat dari Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas yang mempunyai kumpulan-kumpulan dzikir yang dinamai "Ratib al-Attas" yang mana beliau langsung mengambil dari Habib Abdullah al-Haddad yang beliau pun mempunyai sama akan kumpulan-kumpulan dzikir yang dinamai "Ratib al-Haddad." Beliau pun punya sanad lain yang langsung kepada Habib Abdullah bin Ahmad Balfaqih.
***



[1] ) Qahthan adalah dinasti pertama setelah kaum ‘Ad. Semua bangsa arab Qahthan berasal dari keturunan dinasti ini. Dinasti ini berasal dari nama seseorang keturunan Nabi Nuh AS yang bernama lengkap Qahthan bin 'Abir
bin Syalekh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh AS.
[2]) Adapun Handzalah bin Abdullah as-Syibami yang meninggal bersama Sayyidina Husain R.A yang di tetap kan oleh al-Ustadz Muhammad Abu Bakar Badzaib bahwa ia berasal dari Syibam Kaukaban.
[3]) Farsakh adalah hitungan jarak jauh yang sering digunakan orang pada zaman dahulu.
[4]) mu'jamul buldan karya Abu Abdullah Yaqut bin Abdullah ar-Rumani (w 626 H) juz3/Hal : 318.

[5])  Al-jauhar Juz2/hal:58